Astagfirullah Nurun ’Azim.
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin.
Allahumma shali ‘ala Muhammad ‘alal ‘alamin qudussissalam wa’ala ali Muhammad ‘alal ‘alamin qudussissalam.
Karena Rahmat, seorang hamba dijumpai Rasulullah baik melalui mimpi atau saat jaga. Sebagaimana dalam beberapa hadits.
“Barangsiapa
melihat aku diwaktu tidur, maka dia akan melihat aku di waktu terjaga
atau ( dia seakan-akan melihat aku di waktu terjaga ) setan tidak dapat
menyerupai aku.” (HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa melihatku di dalam mimpi, maka ia benar-benar telah melihat diriku karena setan tidak dapat menyerupaiku.” (HR Timidzi, Ibnu Majah, Darami dan Ahmad).
Abu Hurairah ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa melihatku di dalam mimpi, maka ia benar-benar telah melihat diriku karena setan tak dapat menyerupaiku.” (H.R Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad).
Thariq bin Asyyam meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa melihatku di dalam mimpi, maka ia benar-benar telah melihat diriku.” (H.R Ahmad).
Abu Qatadah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa melihatku di dalam mimpi maka ia benar-benar telah melihat sesuatu yang benar.” (HR Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Darami dan Ahmad).
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barangsiapa melihatku di dalam mimpi, maka ia benar-benar telah melihat diriku karena setan tidak dapat menyerupaiku.”
Ilmu
seorang hamba tidak bisa menjangkau Rasulullah, namun yang dapat
mencapai adalah Rahmat. Rahasia tentang KERASULAN tetap tersimpan tanpa
seorang manusia yang mengetahui kecuali bila Rasulullah sendiri meridhai
dengan Rahmat, sehingga seorang hamba diberikan pengetahuan. Sehingga
atasnya mengerti tentang Rasulullah Muhammad SAW pada pandangan terhadap
lahiriah Beliau sebagai seorang hamba Allah, dan mengertilah rahasia
batin Beliau dalam pandangan hakikat bahwa sebenarnya mengenai
RASULULLAH.
Insan
itu sebagai mahluk memiliki kedudukan tinggi dari mahluk lain ciptaan
Allah. Allah sempurnakan insan baik jahir maupun batin. Hingga layak
bila berahlak baik, dan sangat disayangkan mensia-siakan pemberian Allah
dengan berahlak buruk. Untuk mencapai suatu Rahmat terlibat pula
upaya-upaya seorang hamba agar dapat ma’rifat kepada Rasulullah Muhammad
SAW dan Allah. Sesuai dengan Tauhid sebagai seorang muslim, hamba yang
beriman dan taqwa, dengan kalimah : Asyhadualla ilaha illallah wa asyhaduanna Muhammadarrasulullah.
Mengenai ma’rifat sesuai dengan syahadat, mencapai
Rahmat dengan salah satu cara atau tarikah, yakni berahlak baik
terhadap kedudukan hati. Adab jahir kepada kedudukan hati sebagai suatu
upaya untuk mencapai salah satu Rahmat supaya ma’rifat kepada Rasulullah
dan Allah.
Memperhatikan
cara duduk dan tidur dengan mengadabkan kaki dan lutut terhadap dada,
sungguh sering luput dalam perhatian sebahagian umum orang-orang dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Baik seseorang sedang berada bersama
oranglain maupun tatkala ia sedang sendirian, lebih utamakan adab
tersebut. Karena dimanapun ia berada, Allah ada di dekatnya.
Seperti diterangkan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 115:
Dan
kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah[*]. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi
Maha Mengetahui.
[*] Disitulah
wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu
di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, Karena ia
selalu berhadapan dengan Allah.
Sesungguhnya
meninggikan kaki dan lutut dari dada tiada disadari kurang berahlak
baik, atau kurang beradab baik terhadap kedudukan hati, sehingga tiada
disadari pula telah menjauhi dari salah satu Rahmat. Karena seorang
insan yang iman dan taqwa ingin ma’rifat terhadap Rasulullah dan Allah,
wajib memperhatikan salah satu adab ini.
Menyimak sebuah hadits qudsi,
“Qalbu mukmin Baitullah.”
“Qalbu orang yang beriman itu adalah rumah ALLAH.”
Dengan
rasa dan pikiran yang jernih, apakah patut kaki atau lutut saat duduk
atau berbaring meninggikan posisinya dari dada. Sedangkan isi dada itu
ada qalbu dan bagi orang yang beriman, qalbunya adalah rumah Allah.
Bayangkan
saja seorang rakyat biasa yang menghadap kepada seorang Raja atau
Presiden dengan duduk seenaknya menekuk kaki dan lutut hingga mencapai
ketiak, apakah hormat? Bagaimanakah tanggapan Raja atau Presiden? Suka
atau marah?
Begitu
pula beradab kah jika seperti demikian seseorang terhadap Allah? Raja
atau Presiden saja tidak senang diperlakukan dengan abad demikian, dan
orang biasa pun tidak senang di depannya seseorang disikapi dengan adab
demikian.
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)
Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan ahlak baik, sehubungan dengan adab pada bahasan ini.
Sabda Rasulullah: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al- Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Maka
sangat jelas berbaring dalam posisi sebagaimana dalam hadits tersebut,
posisi kaki dan lutut tidak lebih meninggikan pada posisi dada.
Rasulullah Muhammad SAW mengetahui rahasia terhadap isi dada manusia
yang didalamnya terdapat qalbu, sehingga memberikan contoh untuk beradab
baik terhadap kedudukan hati.
Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Apabila
kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu
berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang
kanan“.
Abdullah
bin Zaid ra. menyampaikan bahwa ia telah melihat Rasulullah SAW
telentang di masjid sambil meletakkan satu kaki di atas yang lain. (HR.
Bukhari & Muslim)
Dengan
posisi beliau telentang sambil meletakkan satu kaki di atas yang lain,
menunjukkan kedua kaki beliau tidak menekuk ke atas meninggikan lebih
daripada posisi dada.
Ditegaskan pula pada sebuah hadits qudsi mengenai kedudukan hati:
“Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang“
(HR Abu Dawud ).
Dengan
demikian cukup sebagai petunjuk bahwa dalam “salah satu upaya”
mengharap dan mencapai Rahmat, beradab baik saat duduk dan berbaring
atau tidur dengan tidak meninggikan kaki dan lutut daripada posisi dada.
Insya Allah salah satu Rahmat Allah cepat didapat (oleh seseorang yang
memperhatikannya) — Rahmat yang belum didapat pada kebanyak orang-orang
yang belum mendapat petunjuk mengetahuinya. Semoga Rasulullah Muhammad
SAW meridhai kepada orang-orang yang berharap dan mengingat Allah baik
dalam keadaan apapun dan dimanapun untuk mencapai insan ma’rifat.
Assalam, ya Mursala – Alhamdulillah, Amin ya Rabbal’Alamin. * * *